7 Langkah menuju Kepemimpinan Multikultur di era Global
(7 Steps to Multicultural Leadership in the Global World)
Dunia tempat kita tinggal hari ini semakin meng-global & borderless. Apa yang terjadi di Negara kita, secara real-time dapat diketahui oleh teman-teman kita dibelahan bumi yang lain, begitu juga sebaliknya, adanya kejadian di Negara lain, kita juga dapat mengetahuinya langsung melalui gadget kita atau media.
Tidak hanya itu, perusahaan asing dapat mengembangkan geraknya dinegara lain, begitu juga perusahaan local yang mau go-Internasional dapat berdampak di Negara-2 lain, sehingga dapat terjadi perwakilan distribusi ada di Singapura & Indonesia, produksi dikerjakan di Thailand, dan produknya dapat melanglang buana ke Malaysia, Vietnam, Australia, dsb-nya.
Dibeberapa kota besar, dunia professional juga banyak menemui tenaga kerja asing, dari Filipina, Singapura, India, Eropa, US dan lainnya, dari level managerial, profesi, serta level teknis.
Tidak berhenti disana, mahasiswa asing juga dapat ditemukan di kampus-kampus, dengan program students exchange, maupun yang kuliah di Negara kita, begitu juga sebaliknya mahasiswa Indonesia yang menempuh kuliahnya diluar negeri.
Jika kita tetap tinggal di Indonesia, bekerja di Negara tercinta ini, lalu tinggal di kota kecil, pinggiran, dampak globalisasi dan akses informasi mengenai kondisi internasional-pun dapat dipantau melalui teknologi. Film seri Korea contohnya juga merebak ke banyak kota dan dinikmati banyak kalangan, dengan variasi usia di Indonesia.
Sekali lagi, dunia sudah begitu meng-global. Ada yang bilang, the world nowadays is like in the palm of Our hand, dunia sekarang sudah seperti digenggaman tangan kita. Kiasan ini betul juga, dengan melalui gadget ditangan kita, banyak sekali aliran informasi dari mana saja, model apa saja, jenis apa saja, dapat diakses.
Kita perlu bersyukur sebagai orang Indonesia. Bagi yang lahir maupun tinggal dinegara tercinta ini, kita sudah terbiasa melihat perbedaan disekitar kita, sebab Negara kita ini memiliki 5 agama, dan terdiri dari sekitar 1300an suku bangsa yang tinggal bersama2 di bumi pertiwi ini.
Dengan demikian kita sebagai pemimpin, telah memiliki pengalaman, dan rekam jejak kehidupan yang matang dalam mengatasi dan menghadapi perbedaan beserta persamaan-nya, dan tidak perlu lagi kaget, atau mengalami culture-shock yag berkepanjangan, ketika bersentuhan dengan budaya dari Negara lain, sebab setiap suku yang ada dinegara kita memiliki adat istiadat, budaya, dan pakaian adatnya masing2.
Disisi lain, kita juga tak dapat menutup mata dan telinga, bahwa akhir-2 ini isu2 SARA merebak dinegara kita, dan banyak sekali orang yang perlu melakukan rekonsiliasi karena tajamnya perbedaan, serta membangun kembali keberagaman didalam masyarakat.
Baik sebagai generasi penerus bangsa, juga sebagai pemimpin di organisasi maupun bisnis, ada 7 langkah yang perlu kita jajagi untuk menjunjung tinggi keberagaman dalam dunia global ini, sehingga kita semakin siap menghadapi multi-kultural yang ada
David Hoopes’s model yang menggambarkan proses bagaimana seseorang dapat belajar untuk berkomunikasi dan mengerti orang lain yang memiliki budaya yang berbeda, dapat menjadi panduan yang aplikatif dalam kepemimpinan kita
Menurut model Hoopes ini, kita dapat belajar dan berpindah dari langkah pertama menuju langkah ke tujuh, dengan melalui langkah2 transisi didalam proses-nya (Shriberg, Practicing Leadership, John Wiley)
1 – Ethnocentrism
Dapat dikatakan bahwa orang2 pada tingkatan ini, mereka masih dalam tataran intoleransi dan tidak bersahabat dengan orang yang berbeda budaya dengan dirinya, atau dalam bahasa pendeknya, mereka menginginkan orang lain melakukan sesuai dengan caranya, “Everyone should do things my way”.
Yang perlu dilakukan oleh seseorang yang masih pada tahap ini adalah belajar untuk membuka pikiran (open mind), melihat lingkungan diluar lingkungan yang selama ini digeluti, dan ketemu dengan orang2 baru yang berbeda kultur dan budaya, serta mengunjungi tempat2 yang belum dikunjungi sebelumnya dan mempelajarinya
Perlu diingat bahwa Sang Hidup menciptakan orang2 dengan unik, dan berbeda2 latar belakang, bahkan ketika manusia mau bersatu dan membangun menara babel, Tuhan mengacau-balaukan bahasa, dan mereka terpencar ke berbagai tempat untuk memenuhi bumi.
Adalah penting bagi kita untuk selalu ingat bahwa kita tidaklah hidup sendirian didunia ini; ada milyaran orang lain yang juga tinggal bersama2 kita dibumi ini, dan masih ada keturunan2 kita semua yang akan meneruskan kehidupan dibumi ini.
2 – Awareness
Awareness ini merupakan langkah pertama untuk bergerak menjauh dari Ethnocentrism, yaitu ketika seseorang mulai mengakui bahwa ada kultur lain yang berbeda dengan kultur yang dimilikinya, serta menimbulkan perbedaan sikap dan pemikiran yang dimiliki orang lain tersebut sebagai akibat dari perbedaan budaya yang ada
Dalam tahap ini, seseorang sudah mulai bergeser dan mulai memiliki perspektif bahwa tidak semua orang melakukan dengan cara yang sama seperti diri kita, “Not everyone does things my way”.
Pikiran yang terbuka sudah dimulai pada tahapan ini, dan untuk melanjutkan ke langkah berikutnya, kita perlu ingat bahwa menyadari dan mengakui saja belum cukup, untuk dapat menjalin hubungan yang lebih efektif, kita perlu mulai mengerti perbedaan dan persamaan yang ada pada kultur lain.
3 – Understanding
Pada tahap ini seseorang sudah semakin maju dari tahap sebelumnya. Mereka mulai dapat memiliki pengertian dan pengetahuan dengan lebih detail terkait dengan budaya orang lain dan apa yang menyebabkan seseorang melakukan apa yang mereka lakukan. Singkatnya, pengertian “This is what others do when they do things their way”, terbentuk dalam kebiasaannya.
Untuk menuju sinergi tim yang maksimal, tahapan pengertian ini perlu melangkah pada tahap selanjutnya, sehingga penambahan tidak lagi cukup 1+1=2, melainkan 1+1= 4, 5,6, dan seterusnya.
4 – Acceptance/ Respect (toleransi)
Tahap ini semakin baik untuk menuju kepemimpinan multikultur. Toleransi dan tenggang rasa semakin terbentuk dalam dirinya.
Mereka sudah dapat menerima dan menghormati budaya lain, kebiasaannya yang berbeda dari dirinya, pemikiran-2nya.
Namun demikian, masih dapat terjadi hal2 negatif bagi sebagian orang, sebab mereka belum dapat mengkaitkan semua ini dengan dirinya.
Dalam tahap ini, belum terjalin sinergi yang kuat, dan masih pada tataran “it is ok for others to do things their way; I’ll continue to do things my way”.
Dalam tahapan ini, kita sudah memiliki modal yang baik dalam menjalin hubungan baik dengan mereka yang memiliki kultur berbeda dengan kita, dan kita telah memiliki toleransi, oleh karena itu pemupukan perlu terus dilakukan agar semakin matang
5 – Appreciating/ Valuing
Wow, pada tahap ini, kita sudah semakin menghargai budaya atau kultur orang lain, yang secara filosofi, pemikiran, dan kebiasaan berbeda tersebut. Indahnya pada fase ini adalah bagaimana kita dapat mengerti dan memahami kelebihan dan kekurangan dari masing2 kultur yang ada.
Kita sudah mulai dapat melihat kelebihan dan kelemahan kultur kita dan juga kelebihan dan kelemahan kultur orang lain. Hal2 baik yang dimiliki orang lain sudah membuatnya memberikan penghargaan dalam perbedaan yang ada.
Tahap ini dapat dikatakan demikian, “There are some good things about how others do things”.
6 – Selective Adoption
Semakin tahap, semakin indah ketika diimplementasikan dalam kehidupan kita dalam dunia yang global ini. Tentunya tidak hanya kultur kita yang memiliki hal2 baik, budaya dan kebiasaan orang lain pun memiliki hal2 positif dan baik untuk mulai diadopsi dalam diri kita.
Mengadopsi beberapa kultur yang dinilai baik dan bermanfaat dimulai pada tahapan Selective Adoption. Dan tidak berhenti disana, seseorang mulai mengintegrasikan beberapa aspek dari budaya lain kedalam kehidupannya, baik dalam dunia kepemimpinannya, maupun dunia pribadinya.
“I’d like to do a few things the way others do them”, merupakan ungkapan-nya dalam tahap ini.
7 – Multiculturalism
Tahap ideal dalam model Hoopes ada pada tahapan Multikulturalisme ini, dimana seseorang secara berkesinambungan belajar hal2 baru, pengalaman2 baru dan sudah merasa nyaman ditengah2 orang yang berbeda kultur.
Multikultur sudah menjadi bagian dari dirinya, kebiasaannya, dan terus berupaya untuk mempelajari dan mengerti kultur yang lain dengan lebih baik lagi setiap waktu.
Kepemimpinan Multikulutral bukan ingin membawa kita untuk melupakan kultur kita, lalu menjadi orang lain dengan kultur yang lain; juga bukan mengajak untuk kehilangan diri ditengah2 kultur lain yang mengelilingi, melainkan bagaimana kita tetap memiliki nilai2 yang kita miliki, dan pada saat yang sama, kita-pun dibentuk melalui kultur2 yang lain untuk menyempurnakan diri kita sebagai seorang individu.
Dengan demikian, Nilai2 agung & Firman-NYA hendaknya tetap melekat pada diri kita, dan pada saat yang sama, kita menjadi makhluk pembelajar yang saling melengkapi, saling menghargai, saling mengasah, dan saling menyempurnakan, sehingga kita semakin serupa dengan-NYA, sebab ada dikatakan bahwa besi menajamkan besi, dan manusia menajamkan manusia.
Oleh karena itu, untuk memimpin dengan lebih efektif dan lebih berdampak dalam era global ini, kita wajib menjalankan salah satu amanah yang diberikan kepada kita, yaitu menjadi terang dan garam, sehingga dimanapun kita berada, sinar kasihNYA senantiasa menerangi dan menjadi berkat bagi bangsa2, melalui orang2 yang kita pimpin.
Semangat Berjuang!!